Hujan dan Luka

Hujan dan Luka

Hujan dan Luka

Karya: Naira Hilmiyah

Kelas : X – 4

 

***

Sejuknya udara sore itu membuat Ziya kembali merasakan ketenangan dalam hidupnya. Gadis itu duduk di kursi dekat danau dengan satu pulpen dan buku dalam genggaman tangannya.

Tiba-tiba seorang pria datang dengan satu tangkai bunga lavender dan menutup mata gadis itu. Ziya tersentak kaget saat mendapati seorang pria yang tengah menutupi penglihatannya.

“Coba tebak, siapa aku?”

Mendengar suara yang menurutnya sangat familiar, Ziya langsung membalikkan badannya untuk melihat siapa pria yang ada di belakangnya.

“Keandra? Ini beneran kamu, Kak?”

Ucap Ziya sambil memegang pipi pria yang ada di hadapannya itu. Air matanya mengalir begitu saja, haru setelah lama menahan rasa rindu.

“Iya, ini aku Keandra.”

Ziya memeluk tubuh Keandra dengan sangat erat, seolah-olah Keandra adalah hal yang paling berharga dalam hidupnya.

“Jahat! Kamu jahat!”

Ziya menangis pilu dalam pelukan Keandra. Pria itu tersenyum sambil mengusap lembut  rambut kepala milik Ziya.

“Maaf, aku salah.”

Ziya melepaskan pelukannya dan berjalan menjauh dari Keandra.

“Ziya, maaf. Aku bawa ini buat kamu.”

Keandra menundukkan kepalanya saat Ziya menatap tajam ke arahnya.

Tanpa diduga, Ziya kembali memeluk Keandra dan mengambil satu tangkai bunga lavender dari tangannya.

“Aku kangen banget sama kamu, kak. Setiap hari aku selalu nunggu kamu di sini, di tempat dimana kita selalu menghabiskan waktu kita bersama.”

 

“Maaf Ziya, Kean salah. Kean udah jahat sama Ziya, maafin Kean.”

Ziya tersenyum lirih sambil menghapus air mata Keandra yang terus menerus membahasi pipinya.

“Jangan nangis lagi, kak. Aku ga marahh. Aku seneng bisa ketemu kakak lagi di sini.”

Keandra menyunggingkan senyumnya dan menganggukkan kepalanya.

“Ternyata kamu masih sama, yah, kayak dulu.”

Ziya mengerutkan keningnya saat mendengar ucapan dari Keandra.

“Apanya?”

“Pendeknya,” jawab Keandra.

Mendengar itu Ziya langsung naik pitam dan mengejar Keandra. Berniat untuk mengcubit pria menyebalkan itu.

Haha, ga kena ga kena.”

Ejek Keandra sambil menjulurkan lidahnya. Melihat hal itu, Ziya semakin geram dan ingin segera mencubit pipi dari pria yang sangat ia cintainya.

 

Hingga selang beberapa menit, Ziya sudah berhasil menangkap Keandra, dan yah seperti yang kalian tau. Ziya mencubit Keandra. Hingga pria itu beberapa kali meringis kesakitan dan memohon ampun kepada Ziya.

“Makasih, makasih udah kembali.”

Ucap Ziya di sela-sela kebahagiaan mereka. Keandra tersenyum dan merangkul pundak Ziya.

“Yang harusnya bilang makasih itu aku, Ziya. Makasih, yah, udah kasih Kean kesempatan kedua buat Ziya.”

Ziya tersenyum dan menyandarkan kepalanya di bahu lebar milik Keandra.

 

Gluduk …

 

Hujan turun dengan begitu deras hingga membuat sepasang kekasih itu berlari tanpa bisa melihat arah yang jelas.

Ziya yang panik akan turunnya hujan langsung berlari ke arah jalan besar. Tanpa ia sadari, ada sebuah mobil truk yang tengah melaju kencang ke arahnya.

 

“ZIYANA, AWASS!!”

 

Srettt …

 

Bruggg …

 

“K-Keandra!!”

Ziya menatap ke arah Keandra. Kondisinya begitu mengenaskan.

“Keandra  bangun, kamu harus bangun, kak!! TOLONG!! TOLONGIN KEAN, HIKS!.”

Tak lama kemudian warga datang dan membantu Ziya untuk membawa Keandra ke rumah sakit.

“Keandra, aku mohon bertahannlah lebih lama lagi. A-aku benar-benar mencintaimu, kak.”

 

***

 

Singkat cerita hari pemakaman pun tiba. Ya, Keandra telah meninggal dunia selepas kejadian di hari itu.

Dan semenjak kepergian Keandra, Ziyana kembali menjadi gadis yang murung dan lebih suka menghabiskan waktu nya dengan menulis novel di pinggir danau.

 

“Kak, nama kamu udah abadi di cerita aku kak. A-apa sekarang kamu udah bahagia di atas sana kak? Aku lelah kak, setelah kepergian kamu semua orang menyalahkan aku atas kematian mu. Maaf, maaf karna kecerobohanku kamu harus pergi meninggalkan orang-orang yang kamu sayang.”

Ucap Ziya diiringi dengan tetesan air mata yang membasahi pipinya. Hingga saat hujan turun dengan begitu deras. Gadis itu menatap ke arah jalan di mana tempat itu adalah tempat Keandra menghembuskan nafas terakhirnya.

“Hujan ini mengingatkanku akan kenangan kita kala itu, jika aku bisa mengulang waktu kembali. Akan aku pastikan kakak tidak akan pernah pergi meninggalkan dunia ini. Maaf karna Ziya kakak harus berpisah dari orang tua kakak.”

Tatapannya kosong, pikirannya dipenuhi dengan rasa bersalah.

Hiks, hiks. Ziya pembunuh, ZIYA ADALAH SEORANG PEMBUNUH, HIKS!!”

Gadis itu menangis dengan begitu histeris di bawah derasnya air hujan. Tanpa henti gadis itu terus memukuli kepalanya, berusaha untuk mengurangi rasa trauma dan rasa sakit yang menjalar di kepalanya.

“Bawa aku pergi sama kamu kak, bawa Ziya pergi kak!! Hiks, hiks, Ziya mohon bawa Ziya pergi!”

Hingga saat seorang pria datang dengan senyuman manis di wajahnya.

“Kamu ga salah Ziya, Ziya bukan pembunuh tapi Ziya adalah pemenang di hati Kean.”

Ziya mendongakkan kepalanya saat mendengar suara Keandra yang sangat dekat dengannya.

“K-kak Kean?”

Keandra tersenyum dan melambaikan tangannya, bertujuan untuk mengajak Ziya agar mengikuti dirinya. Hingga sampai di tengah jalan besar, tiba-tiba Keandra menghilang begitu saja bagaikan sebuah angin.

Ziya yang kehilangan jejak Keandra terus berteriak memanggil namanya. Hingga tanpa sadar sebuah mobil truk melaju kencang ke arahnya dan …

 

Srettt …

 

Brugg …

 

Ziyana terpental hingga terbentur ke sebuah batu besar. Bukannya meringis kesakitan justru gadis itu malah tersenyum dan berkata,

“Makasih udah ajak aku pergi bersamamu kak, mungkin cinta kita ini akan menjadi sejarah cinta yang sangat menyakitkan. Antara hujan dan luka, dan itulah kisah cinta kita yang berakhir dengan begitu tragis.”

Monolog Ziyana sebelum gadis itu menghembuskan nafas terakhirnya.

 

***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *